Gagasan untuk mengembalikan seni ke kancah Olimpiade semakin menguat, memicu wacana menarik tentang kompetisi kreatif. Ini bukan hal baru; sejarah mencatat bahwa seni pernah menjadi bagian integral dari Olimpiade kuno maupun modern. Kini, ada keinginan kuat untuk menghidupkan kembali tradisi lama ini, mengakui bahwa seni dan olahraga memiliki semangat yang sama: keunggulan manusia.

Sejak awal berdirinya Olimpiade modern pada tahun 1896, Pierre de Coubertin, pendirinya, memang membayangkan seni sebagai bagian esensial. Ia percaya bahwa kekuatan fisik harus diimbangi dengan keindahan jiwa dan intelektual. Oleh karena itu, kompetisi seni di beberapa edisi awal Olimpiade bukan hanya wacana, melainkan kenyataan.

Pada periode 1912 hingga 1948, Olimpiade tidak hanya menampilkan atletik, tetapi juga kompetisi seni. Cabang-cabang yang dilombakan meliputi arsitektur, sastra, musik, lukisan, dan patung. Medali emas diberikan kepada karya-karya yang dinilai paling unggul, sebanding dengan medali olahraga.

Seni yang dilombakan harus memiliki tema olahraga. Misalnya, seorang arsitek harus merancang stadion, seorang penulis mengarang puisi tentang perjuangan atlet, atau seorang pelukis menggambarkan momen kemenangan. Ini menunjukkan integrasi erat antara dua bidang yang berbeda namun saling melengkapi.

Namun, kompetisi seni ini kemudian dihentikan setelah Olimpiade London 1948. Alasannya beragam, salah satunya karena perbedaan pandangan tentang profesionalisme. Para seniman dianggap profesional, sementara atlet masih menjunjung tinggi amatirisme. Ini menjadi dilema besar saat itu.

Wacana untuk mengembalikan seni ke Olimpiade modern kini muncul kembali. Para pendukung berargumen bahwa dunia telah berubah. Batasan antara amatir dan profesional dalam olahraga telah kabur. Ini adalah momen yang tepat untuk mengakui seni sebagai bagian tak terpisahkan dari semangat Olimpiade.

Jika kembali, format kompetisinya kemungkinan akan berbeda. Mungkin bukan lagi medali dalam artian konvensional, tetapi penghargaan dan pameran. Tujuannya adalah merayakan kreativitas manusia seiring dengan kekuatan fisik, menciptakan festival yang lebih holistik.

Pengembalian akan menambah dimensi baru pada Olimpiade. Ini akan menarik perhatian audiens yang lebih luas, menggabungkan penggemar olahraga dan pecinta. Hasilnya adalah perayaan total atas pencapaian manusia dalam berbagai bentuknya yang beragam.

Meskipun tantangan implementasi tetap ada, gagasan kembali ke Olimpiade adalah sesuatu yang patut diperjuangkan. Ini adalah cara untuk menghormati visi asli Pierre de Coubertin dan menciptakan pesta olahraga yang lebih kaya, merayakan keunggulan dalam setiap aspek kehidupan manusia.